.

.
Biarkan Tulisanku Yang Menjelaskan, Karena Sulit Bagi Mulutku Untuk Mengatakannya

Kamis, 25 Februari 2016

Malaikat Hati (end)


Entah apa yang menimpa pada hari ini...

Ada seseorang yang mengelus kepalaku. Kudengar panggilan "Sayang" dari mulutnya.

Aku terbangun...

Aku melihat suamiku berdiri didepanku. Aku memeluknya dan menangis.

"Jangan pergi dengan wanita itu. Disinilah bersamaku. Tinggalkan wanita itu. Kamu disini aja. Kita bangun istana kita bertiga bersama Sekar. Apapun ada kesalahan padaku, tolong bilang sayang. Jangan tiba tiba menghindar lalu pergi bersama perempuan lain, aku mencintaimu" bisikku menangis.

Suamiku melepaskan pelukanku, lalu menatapku.

"Siapa yang pergi sama perempuan lain sayang. Aku disini, kita akan bangun istana kita bertiga. Jangan biarkan siapapun memasuki istana kita ya" jawabnya sambil tersenyum. Dihapusnya airmataku, dikecupnya keningku, lalu berkata " Kamu masih ingat Malaikat Hati yang kamu bilang itu? Nah, aku adalah malaikatmu. Malaikat kamu dan Sekar. Aku takkan pernah hilang atau meninggalkan kalian. Aku telah menjadi malaikat kalian, aku akan usahakan untuk berada disamping kalian. Sekarang senyum ya sayang, jangan menangis. Lihat dibelakang kamu"

Ku pandangi belakangku, tak sengaja aku menjatuhkan air mataku lagi.
Kulihat Sekar memegang banyak balon. Ku lihat kertas yang ada dibawah balon tersebut bertuliskan "Happy Anniversary 6 years", kulihat disamping Sekar terdapat kue tar dan 2 kado disana. Entah kapan mereka berdua merencanakan dan membuat ini, kupastikan mungkin mereka mendekorasi ruangan saat aku tertidur dan Sekar diam diam membuka pintu depan saat aku tertidur agar suamiku bisa masuk.

Ah mereka, lagi lagi membuatku tersenyum haru sekaligus bangga.
Aku mencintai mereka, dan menyayangi mereka.


Mereka Malaikat Hatiku.

Bantu Aku Mempertahankan PERASAANKU!





Ajarkan aku untuk sabar..
Bukan sabar atas jarak yang ku maksud, tapi sabar atas waktu dan kesibukannya.

****
Entahlah,
terkadang aku merasa heran kenapa perasaan ini tak pernah lelah padamu. Kau seolah tak perduli bagaimana aku disini menunggu kabar dan mengkhawatirkanmu. Kau bersikap seolah seperti aku tak ada dalam hidupmu. Seperti aku bukan kekasih lagi yang bagimu
memberi kabar itu tak penting.
Aku tak mengerti apa yang kau fikirkan.
Pada suatu malam, saat aku mengeluh karna kamu tak memberiku kabar, kamu malah kembali mengeluh padaku untuk bersikap dewasa. Sikap dewasa bagaimana lagikah yang kamu maksud?
Apa meminta kabar itu termasuk hal yang labil(?)
Kalau memang benar begitu, lantas kenapa didalam sebuah hubungan dipentingkan komunikasi yang lancar untuk membuat suatu hubungan bertahan lebih lama(?)
Bagaimana bisa kamu berfikir dalam sebuah hubungan dewasa yang tak dilengkapi dengan komunikasi yang lancar akan bertahan lebih lama?
Bukankah memberi kabar itu penting? Agar aku juga tau bahwa aku juga termasuk kedalam prioritas yang ada didalam fikiranmu. Bukan chat berlarut-larut yang aku inginkan, tapi kabar dan perhatian kecil darimu yang kurindukan. Setidaknya, dengan begitu aku tau bahwa kau masih sayang padaku. Bagaimana bisa aku percaya kamu sayang padaku tapi bahkan perhatian kecilpun tak kudapatkan darimu?

Jangan membuat perasaanku pudar!

Kamu tahu? Dengan terbiasanya aku sendiri seperti ini, sama saja kamu menginginkan aku untuk memudarkan perasaanku untukmu. Ayolah, jangan biarkan pria lain memberi perhatian padaku (walaupun sebenarnya aku sama sekali tak membutuhkan perhatian mereka). Terkadang aku iri melihat mereka yang juga pacaran jarak jauh tetapi masih menyempatkan memberi kabar dan menjaga komunikasi tetap ada satu sama lain disela waktu sibuknya.

Apa kamu disana sudah tak lagi memikirkanku?

Apa aku bukan orang yang kamu rindukan lagi?

Apa aku bukan orang yang kamu khawatirkan lagi?

Lalu apa gunaku disini menunggumu sampai kamu menjemputku?!

Apa hatimu telah mati?

Aku bahkan sama sekali tak pernah melihat kamu mengkhawatirkanku.
Bagaimana bisa kamu lupa memberi kabar padaku disaat sibukmu sedang aku disini menunggu kabarmu dengan setia?

Siapakah yang mulai egois diantara kita?

Berubahlah untukku.

Aku takut perasaanku padamu akan pudar bila kamu terua begini, sungguh aku sama sekali tak menginginkannya.
Bantu aku menjaga perasaanku.
Aku lelah bila terus begini, aku seperti menunggu seseorang yang tak pasti, bukan aku meragukanmu, hanya saja kamu tak pernah sadar dengan kamu seperti ini, sama saja kamu yang membuatku ragu.
Tolonglah, pertimbangkan aku.
Ingatlah aku disini yang selalu setia menunggu kabarmu, bukankah itu tak memerlukan waktu yang lama? Setidaknya aku tau kamu masih mengingat dan memikirkanku disela waktu sibukmu.
Aku juga rindu saat-saat bagaimana kita komunikasi sebelum kita terpisah oleh jarak.
Apa kamu tak rindu dengan sifat bawel dan cerewetku?
Apa perasaan itu telah pudar?
Ah, aku benci menerka-nerka!
Kamu orang yang susah untukku tebak.
Percayalah, ini pertama kalinya aku mengeluh panjang tentangmu dibukuku.
Sejak perubahan itu, aku semakin membenci jarak yang memisahkan kita. Aku merasa aku terlalu lemah untuk melawan jarak.

Aku kalah.

Jarak itu telah mampu membuatmu berubah.

Aku kalah..

Terimakasih telah membaca, tinggalkan komentar kamu ya:)

Yuk berteman, di akun sosial media:
Line: malindafitri
Ask.fm: malindafitri
Instagram: malindafitri

Baca juga tweet galau saya, di:
Twitter: @malindafitri28

Kamis, 04 Februari 2016

Bertahan atau Melepaskan(?)



Hai kamu yang jauh disana.
Apa kabar?
Sudahkah kau terlelap dalam mimpi indahmu?
Bagaimana mimpi yang kau mimpikan? Adakah aku berperan disana?
Aku disini masih berteman sepi memikirkanmu. Rindu yang kusimpan semakin besar, hingga mungkin sudah tak cukup ruang.
Kemana anginku?
Dimana angin rinduku?
Kini aku kesepian, yang biasanya disaat aku rindu ditemani anginku, kiniku bertemankan sepi dan gerah. Aku gerah, rinduku yang semakin panas, semakin tak tertahan. Ingin rasanya berpeluk kasih, tapi apa daya kau bukan milikku lagi. Taukah beberapa hari ini kau selalu bermain peran didalam mimpiku? Kau menjadi pemeran utama yang bersifat antagonis. Ya, kau antagonis. Kejadian itu terbayang lagi dimimpiku, mungkin karna rasa sakit hatiku yang tak terhapuskan makanya sulit rasanya saat ini untuk melupakannya. Ku akui, aku masih mencintaimu  masih sering merindukanmu dalam keheningan malam. Tapi ku akui aku juga benci padamu.
Aku masih teringat 2 tahun yang lalu kau pergi mencampakkanku, meninggalkan ku lalu pergi bersama perempuan yang kau sembunyikan selama ini dariku.
Apa kabarmu disana?
Bagaimana hubunganmu bersamanya?
Apakah kau berjuang atau malah diperjuangkan?
Sungguh kejam bila aku mengharapkan sebuah karma datang untukmu tuk membalas semua kepedihan ketika kau bersamaku, ketika kita masih disebut sepasang kekasih.
Aku tak begitu paham dengan diriku sendiri, bahkan sulit rasanya untuk mengerti perasaan ini. Jelas jelas aku sudah dipermainkan dan disakiti, tapi kenapa rindu ini tak pernah berakhir untukmu? Apa yang harus kulakukan? Kembali kepadamu kah? Sungguh rasanya tak mungkin! Aku takut menjadi seorang pejuang(lagi) yang memperjuangkan orang yang bahkan tak menginginkan sama sekali utk menjalin hubungan asmara denganku.
Aku bahkan benci ketika setiap malam sebelum aku tidur kau menghantui malamku, kau masuk kedalam mimpiku. Sialnya terkadang momen indah dulu itu terputar lagi kemimpiku yang membuatku penasaran akan kabarmu yang sekarang.
Aku bingung. Entah bagaimana cara untuk menghapus dirimu didalam bayangan, fikiranku.
Seandainya ada pria yang datang kepadaku yang benar mencintaiku. Maka, akan aku pertahankan dan perjuangkan dia. Karena nanti, darinya lah aku belajar, bahwa mencintai orang yang mencintai kita jauh lebih menyenangkan.
Harapanku, semoga rindu yang lama ini akan segera berganti dengan rindu baru dengan seseorang yang baru pula.

.

.

.

.

Tinggalkan koment yaaa
Singgah juga di sosmed ku:
Instagram/line/ask.fm: malindafitri

Senin, 01 Februari 2016

Airmata Hujan

Aku berdiri di sini

Di tempat ini

Di mana kau dan aku dulu bertemu



Kau datang dengan cinta

Kau buat aku jatuh sedalam-dalamnya

Kau jebak aku di hatimu

Kau pergi meninggalkanku



Sejak saat itu aku menyukai hujan

Sejak saat di mana kau tinggalkanku

Agar pipi yang basah ini

Tertutup karena

Tetesnya hujan yang turun